Saturday, August 18, 2012

Kebahagiaan dan Penyesalan Rossi Mengiringinya Saat Pindah ke Yamaha



Valentino Rossi
Meraih gelar juara dunia lagi akan menjadi sebuah mimpi bagi Valentino Rossi. Akan tetapi, pembalap yang bakal bergabung bersama Yamaha pada musim 2013 dan 2014 tersebut masih belum mengetahui sejauh mana dirinya bisa tampil kompetitif ketika membesut motor YZR-M1.


Valentino Rossi menjadi pusat perhatian dalam pre event MotoGP Indianapolis yang dihelat pada Hari Kamis pekan ini. Ia terus dibombardir pertanyaan mengenai hal yang melatar belakangi keputusannya untuk meninggalkan skuad Ducati dan kembali bersatu mendampingi Jorge Lorenzo.
Rossi merasa bahagia terhadap kontrak barunya bersama Yamaha, melanjutkan hubungan cintanya yang kembali bersemi dengan pabrikan Iwata tersebut. Tetapi di sisi lain, langkahnya menuju tim Yamaha terasa berat dengan terciptanya atmosfer spesial yang dirasakannya sewaktu menjalani kerjasama dengan orang-orang yang terlibat dalam pengembangan motor Ducati.
Valentino Rossi meninggalkan Ducati karena gagal bersaing dengan para pembalap Honda dan Yamaha dalam kurun waktu satu setengah tahun terakhir. Sementara itu, ia menargetkan akan membalap selama dua musim lagi di MotoGP sebelum menutup karir balapnya.
Mempertimbangkan situasi dilematis yang dihadapinya, Valentino Rossi membuat keputusan sulit dan akhirnya menjatuhkan pilihannya kepada Yamaha, tempat dimana ia berhasil memetik empat gelar juara dunia di kelas premier.
Rossi yang telah mengoleksi sembilan gelar juara dunia mengatakan: “Saya memiliki beberapa pilihan yang berbeda dan saya mencoba untuk memilih motor yang terbaik untuk saya selama dua musim ke depan. Untuk hal lainnya, tak jadi masalah. Saya merasa senang terhadap kontrak yang saya punya. Saya tahu kalau saya bisa lebih kuat dengan memakai M1, dan yang paling utama, saya bisa menikmati balapan.
“Ini dikarenakan dua musim berikutnya akan menjadi sulit, khususnya saat bersama Jorge dan mengalahkan dirinya. Karena, dia sangat, sangat cepat. Akan tetapi, saya memerlukan motor yang membuat saya merasa nyaman. Pada saat ini saya harus menikmainya dan mencoba untuk bertarung dan datang ke trek dengan merasa gembira.”
Valentino Rossi tak gegabah untuk mewujudkan impiannya, yakni meraih titel juara dunia kesepuluh. Pembalap yang bakal menginjak usia 34 tahun pada musim depan tersebut masih menantikan pembuktian nyata apakah ia masih memiliki kemampuan untuk tampil kompetitif menghadapi rival-rivalnya yang relatif lebih muda dan penuh ambisi.

“Pastinya meraih juara dunia merupakan sebuah impian,” sambung Rossi. “Namun dengan kondisi saya sekarag, saya harus mengetahui apakah saya masih merupakan pembalap teratas, apakah saya masih bisa melaju cepat dan apakah saya bisa bertarung untuk barisan depan, apakah saya masih bisa bertarung memperebutkan podium. Saya tidak tahu, karena setelah menjalani dua musim seperti ini, tiada seorangpun yang tahu. Jadi, sebelum saya berbicara tentang gelar juara, saya harus megetahui apakah saya bisa bertarung dari start barisan depan dan bertarung memperebutkan podium. Setelah itu, kita akan bisa mengetahuinya.”
Valentino Rossi merasa berat hati untuk meninggalkan Ducati. terlebih ia harus melupakan mmpinya untuk menjadi sang juara dengan memakai tiga motor dari pabrikan yang berbeda.
Mengalami keterpurukan tanpa dukungan moral berupa kemenangan telah membabat kesabaran dan keyakinannya terhadap proyek pengembangan motor Desmosedici, dan Valentino Rossi menjelaskan: Setelah Laguna dan liburan musim panas, saya memiliki cukup waktu untuk memikirkan masa depan saya secara lebih mendalam.
“Keputusan ini merupakan penyesalan besar bagi saya, Ducati dan seluruh fans kami, namun yang paling merasakan adalah orang-orang yang bekerja dalam proyek ini, karena saya ingin mencoba untuk tampil kompetitif saat pembalap Italia memakai motor Italia. Tetapi sayangnya, hal itu tidak terjadi.
“Dua musim terakhir sangat sulit dan kami sangat kesulitan. Sayangnya, kami tak dapat memperbaiki kecepatan dan bertarung untuk posisi depan.
“Jadi saya memutuskan cukup sudah dan inilah pilihan saya, karena saya sedang mencoba untuk memahami motor manakah yang lebih kompetitif untuk dua musim ke depan yang mungkin menjadi akhir karir saya.
“Namun sangat disayangkan. Saya merasa sangat sedih, karena di Ducati saya mengenal banyak orang-orang yang baik. Kami menjalani waktu yang menyenangkan bersama. Kami mencoba hingga kemampuan maksimal, tetapi sayang, kami tak bisa mendapatkan hasil yang kami harapkan
“Masih ada delapan balapan tersisa. Sekarang merupakan saat penting karena yang pertama, trek ini (Indianapolis), saya bisa menang pada musim 2008, namun ini merupakan trek sulit bagi saya. Tahun lalu keadaannya sangat buruk. Jadi kami harus tetap mempertahankan konsentrasi bersama tim dan melakukan usaha maksimal.
“Setelah itu, Brno merupakan trek yang bagus dan setelahnya, kami akan melakukan tes penting di Misano, dan pada saat itu kami harus mencoba untuk memperbaiki motor untuk memperbaiki kecepatan kami untuk seri balapan yang tersisa. Bagaimanapun, delapan balapan masih panjang.”

No comments:

Post a Comment